Kotak Pencarian

Senin, 10 Februari 2014

[Interview] Levi Nawawi @_ElNoise ; Experimental Drum and Bass DJ Kalimantan Barat

Bass music terdengar asing bagi kalangan orang Indonesia, tidak terkecuali kita menyebut dubstep dan drum and bass yang akhir-akhir ini populer. Beberapa kota besar sudah mempunyai producer untuk genre yang satu ini, bagaimana dengan Kalimantan?




DJ bass music yang gw kenal adalah Levi Nawawi dari Pontianak, Kalimantan Barat. Dengan sesekali mengkolaborasikan unsur etnik musik dayak dan unsur musik elektronik lainnya. Kita akan berbicara banyak tentang proyek producer/dj yang telah banyak bermain di gigs lokal. Selain itu Levi pernah menjadi salah satu finalis 10 besar project colab MTV Asia Lenovo region Indonesia di tahun 2013

Q : Ok, sebelumnya perkenalan diri dulu dan sejak kapan kamu terjun di dunia audio producing?
L : Nama saya Levi Nawawi dengan alias _elnoise atau DJLV pada Soundcloud, Reverbnation dan juga Youtube. Awal karir kira2 sejak tahun 2004 saat masih jadi operator dan editor recording di Jogjakarta, saat itu kebetulan saya masih aktif mixing, mastering dan ngedit lagu-lagu dari band saya sendiri dan band-band teman seperjuangan.

Sebenarnya awalnya berangkat dari banyaknya penasaran ke band2 rave/ electronic/ breakbeat terdahulu seperti Mobil derek, Media distorsi, DJ teory dan Electrofux (all lokal), Prodigy, Fatboyslim, Chemical Brothers dan The Crystal Method pada awalnya dulu itu. Saat itu saya masih menggabungkan beberapa unsur software seperti FL studio dengan instrumen seperti gitar dan bass, juga sequencer DAW seperti Reason dan Cubase dan selanjutnya berkembang terus berangkat menjadi drum n bass, dub music, jungle, dan electronic yg sedikit ber-experimental dengan beberapa analog hardware seperti electribe, groove box, sampler analog, kaoss family, roland MC, drum machine dan banyak bangetlah karena rasa penasaran yg berapi-api tadi dan ketidakpuasannya produksi, mixing dan play live dengan software dan gitar.

Terkadang saya juga menggabungkan antara format DAW dan analog gear tersebut saat rekaman agar ada variasi. dan kemudian ber-evolusi terus dan terus hingga ke format DAW software dan midi controller, bisa dibilang balik lagi sih ke roots awalnya hehehe, tapi dengan format yg agak berbeda, karena jaman dulu controllernya ga edan kayak sekarang ini.  Malahan dulu saking ingin experimentalnya saya pernah merekam suara alat berat pakubumi pada projek pembangunan gedung besar di dekat rumah, suara mesin air, mesin pengaduk semen dan suara gergaji mesin raksasa utk saya jadikan patch dan sample utk lagu saya hehehe. maklum dulu masih era industrial nya Nine inch nails dan Koil bukan skrillex hehehe.



Q : Well, bagaimana kamu menggambarkan musik yang kamu buat dan siapa saja musisi yang memberi pengaruh bagi karyamu?

L : Musik saya bisa dibilang pada awalnya ya, terinfluence dari electronic seperti chill-out, drum n bass dan experimental seperti Telefon Tel Aviv, Amon Tobin, edit, Sid wilson slipknot, juga Chemical Brothers karena saya juga udah memainkan electronic music/ bass music dari sebelum era dubstep melanda. Namun seiring berjalan waktu dlm 2 tahun terakhir ini saya malah lebih suka ke artis jungle, filthy drum and bass, drumstep, neurofunk, techstep dan DNB sejenisnya kayak Noisia, Spor, Reso, Audio UK, Black Sun Empire, DJ Starscream, Shitmat, Technical itch, Cooh, Limewax, London Electricity, General Malice, Bassnectar, AMC, Pendulum, DJ hazard, Bongra dan lainnya. Jdilah musik saya (mungkin) bisa disebut utk saat ini terinfluence musik experimental/ electronic/ dubstep namun tetap dalam core box-nya drum and bass (DNB) dalam tempo yg agak cepat (upbeat). Kalo untuk sekarang ini saya lebih banyak buat single yg keras sih yang seringkali bernafaskan jungle dan filth drum and bass, rata-rata diatas 160 bpm. sudah jauh lebih simple dan tidak banyak unsur elektronik dan glitchy soundnya lagi, lebih bass taste bangetlah utk musik saya yg sekarang ini, tapi kalo utk remixan sih saya bebas, kadang dubstep, lagu2 lama, dangdut, pop barat dan girlband kayak cherrybelle juga saya buat jadi drum and bass yg agak keras hehehe. untuk kepuasan saja sih ya, bukan untuk komersil kalo mau dgr silahkan mampir ke soundcloud saya saja ya 



Q : Selain dunia audio-producing, apa saja yang kamu geluti?
L : Motret, saya jadi fotografer aktif sejak tahun 2006, dari landscape, human interest, black and white, street snapshot, hingga commercial photography saya jalani sampe sekarang. Memang suka dan karena kerjaan juga. sisanya ya as usual saya jaga studio musik, merekam dan mixing band orang lain, masih aktif sebagai gitaris di band diluar projek solo saya ini (bukan band elektronik ya), dan memproduksi custom audio wood box handmade (sound sytem).   

Q : Apa saja tracks yang sudah kamu buat dan berapa banyak?
L : Kalo tracks sih udah banyak sekali ga kehitung remix-an juga udah banyak. dari electronic, dubstep, rave, glitch, oldschool, breakbeat. jungle dan drum and bass udah banyak saya buat dan mix. namun saya bisa memilah2 fase saya main musik elektronik dr awal masa hingga sekarang. Memang terasa evolusi genrenya. dr PC music era techno, breakbeat dan rave music ke electronic analog battle rig ke electronic chill and glitch, berkembang ke electronic & experimental drum and bass dan hingga sekarang menjadi cenderung lebih ke jungle dan filth drum and bass. 10 tahun berkecimpung dalam dunia DAW dan DJ ing lumayan terasa lah evolusinya. kadang bosan juga, tapi ini udah jadi "main part of my life", jadi ga bakal saya tinggalkan. sama kayak main gitar, saya lakukan dari SMP, bosan ga bosan ya tetap saja saya lakukan.


Q : Selain producing, Bagaimana menurutmu tentang live-performance dan djing? Saya lihat kamu pernah bermain dibeberapa gigs, bisa ceritain tentang bagaimana kamu bermain?
L : live performance itu perlu ya, karena DJ atau musisi elektronik perlu sesekali "out of the box" alias manggung agar existensi dan profesinya dilihat oleh publik. Kalo buat lagu terus tapi ga pernah nampil kan ya pasti berasa kurang juga. kayak makan enak tapi ndak pake sambal pedas hehehehe :D.

Saya biasa play live dgn format laptop dan launcher klip plus effect controller, biasa juga dgn DJ controller atau dua CDJ dan mixer.  Kalo utk perform skrg2 ini sih saya gabungkan laptop - midi controller, mixer dan CDJ. agar saya bs lebih bebas berkreasi dan tidak monoton jika diatas stage.  Tapi saat awal dulu sih saya tampil live dgn analog2 gear yg ribetnya luar biasa dgn kabel midi kemana2 hehehe. repot bawanya, bisa satu mobil pickup hahaha. kalo sekarang sih dgn 1 laptop, 1 audio interface dan dua controller juga udah bs tampil live. kan zaman udah canggih, efek rack, custom mapping dan chaining pada DAW juga skrg udah saya buat sendiri pd software utk live manggung. jadi praktis bgt lah kalo era skrg ini. didukung DAW DJ ing utk live yg gila2an seperti ableton, traktor, serato atau vdj.



Q : Apa pendapatmu tentang bass music? Disalah satu track yang kamu buat, katanya kamu berkolaborasi dengan salah satu seniman musisi Dayak dengan menggabungkan musik elektronik. Bisa ceritain bagaimana hal itu terjadi?
L : Bass music itu menurut saya udah jadi underground culture ya, dan berevelusi terus menjadi movement dimana akar music drum n bass udah dimainkan sejak tahun 80an dgn turntable dan alat musik analog. Berevolusi terus menjadi musik-musik kreatif hingga sekarang dgn alat2 yg canggih; seperti dubstep, twosteps, neurofunk dan liquid drum and bass yg enak didengar plus subgenre2 lainnya. dan budaya tersebut pasti nempel seperti exisnya DJ drum and bass di luar negeri. kalo di Indonesia di JKT, Bandung dan Bali kayaknya udah banyak bgt DJ drum n bass - dubstep ya, didukung jg banyaknya event dan gigs disana yg memberikan chance bass music untuk dimainkan secara massive. Sangat positif sekali kalo menurut saya. jadi orang-orang audience dan massa tidak hanya mengenal house music dalam dunia DJ ing, tapi audience juga bs mengenal drum n bass, dubstep, twosteps, drumstep, neurofunk dan mombahton contohnya, sebagai musik yg juga dimainkan oleh DJ. 


Kalo kolaborasi panggung pernah dgn sapek Dayak guitar player (Feri Sape') yg udah diundang main hingga Iran, Ukraina dan RRC. waktu itu saya buat ritem etnik, electronic hiphop dan main scratch utk mengiringnya. Kalo utk lagu kolaborasi rekaman sih ceritanya itu beda lagi, saya me-remix sample etnik gitar sape yg saya ubah formatnya menjadi musik dub electronic ethnic dengan unsur suara2 alam Kalimantan, menjadi lagu sape' (gitar Dayak) yg bernafaskan dubstep, unsur bass dan glitchy-nya elektronik music, saat itu kebetulan lolos final 10 besar Indonesia project colab MTV ASIA - LENOVO, jadi para finalis saat itu wajib membuat karya kreatifnya masing2 dgn style sendiri2, dan lagu tersebut menjadi salah satu yg saya sertakan dlm final kompetisi.  



Q : Bagaimana menurutmu tentang scene musik di Indonesia dan Kalimantan, baik itu musik pop ataupun EDM?
L : utk KAL-BAR?, kalo pop disini ya rame, band band indie juga banyak dgn berbagai alirannya masing2. Grunge juga udah naik lagi. kalo EDM saya no comment sih, soalnya saya juga bukan DJ diskotik atau club DJ. saya juga jarang mainkan EDM/ house saat di event. walaupun terkadang saya nampil di club, tetap saya mainkan drum n bass sebagai primary genre. saya juga tidak gabung dengan komunitas house music/ EDM.    

Q : Apa ambisi terbesarmu dalam dunia audio producing? Misalnya merilis album atau live performance ditempat tertentu?
L : Obsesi besar saya nampil live outdoor di Pantai. seperti Pantai Pasir Panjang kalo disini, pantai Ancol kalo di JKT. nampil live outdoor seperti Uncle Fatboy slim hahaha. asik kayaknya. saya bisa all out dan headbang maximal. kalo utk album sih saya ga ada target, rata2 lagu2 dan mixstep saya di soundcloud dan reverbnation itu free download hehehe. saya bukan termasuk musisi yg karyanya harus komersil terus sih soalnya. uang tidak terlalu penting utk karya-karya saat ini. dan saya sangat jarang sekali jual musik/ lagu.

Q : Menurutmu, apa saja elemen yang harus dimiliki bagi seorang musik producer (bukan elemennya Avatar ya.. hehe)?
L : 

1. Ide, produser atau DJ harus memiliki ide yg gila, sick dan tidak umum (anomali) agar karya2nya bs cutting edge dan tidak mainstream saat didengarkan kepada audience/ massa.
2. Harus rajin explore, inovatif dan tidak menyerah dgn kreatifitas juga karena musik ini termasuk musik yg harus memahami banyak unsur seperti (contohnya) alat midi dan program DAW yg hampir setiap waktu berevolusi tanpa henti. 
3 Alat yg mendukung utk produce, recording, proses mixing dan saat play live on stage, tidak perlu banyak tapi asal mencukupi kebutuhan saja.
4. Performance / percaya diri alias PD. nah perlu ini soalnya yg namanya DJ/ produser musik elektronik kan tidak mainstream, kalo dia ga pede bagaimana bs menampilkan karyanya di depan orang banyak. masak manggung dgn muka merah hahaha, malu dong. ntar dikira fesbukan dipanggung lagi cuma geregetan pegang mouse tok hehehe.

Q : Gear yang dipake dalam producing maupun live?
L : kalo dulu sih banyak, tapi sekarang saya hanya pake laptop, PC, rotary efek controller, launcher clip dan sampler pad saja, karena sekarang musik saya memang lebih ke Sampler Based tidak seperti yg dulu lagi menjlimet produksi dgn drum machine, synth, kaoss family, groove box, electribe, effect pad dll. kalo utk live saya sering pake cdj yg sudah usb mode, mixer 2 channel, kadang pake dj controller 2 decks, laptop, juga effect midi kontroller dan launcher pad/ clip. tergantung event juga sih, kalo event besar ya alat-alatny juga harus mendukung agar terlihat seperti DJ hahaha, namun kalo saya main di gigs club bawain drum n bass n dubstep saya lebih sering pake ableton dan midi controller. turntable juga pernh saya pake utk live. Kalo untuk settingan live sekarang saya buat rig sendiri antara cdj, mixer 2 cnl, laptop dan launcher clip/ sampler pad.


Q : Which one do you prefer? Software (Vsti) atau Hardware?
L : kalo utk selera sih saya lebih senang hardware. karena di hardware kita bs explore lebih rumit namun selalu ada keterbatasan, contohnya kalo kita buat dubstep di electribe dan groove box, kan kita ga selalu dapat sound yg diinginkan, namun terasa lebih enjoy aja saat prosesnya yg butuh waktu, merekamnya juga secara analog. disitu letak seninya menurut saya. namun kalo utk efisiensi saya pilih software dgn midi controller. jauh lebih praktis dan efisien. contohnya kita buat lagu di reason atau ableton dengan key atau drum pad controller.

Q : Kalau boleh dibilang, pengalaman apa yang paling berkesan selama producering atau live performance? Atau bisa hal lain, pencapaian gitu...
L : pengalaman paling berkesan waktu diundang nampil di kafe musiknya Ahmad Dhani SOR itu. saya bawa live dubstep n drum and bass sampe headbang ga karuan karena sound yg mendukung, suasana panggung yg pas, dan audien yg penasaran dgn bass musik itu seperti apa. pernah juga bawain drum n bass yg keras pas event besar n disuruh ganti lagu cepat-cepat padahal full list udah siap hehehe. pengalaman lain yg berkesan apa ya, mungkin waktu nemanin istri belanja eh pas ada remixan dubstep saya salah satunya diputar di mall hehehe. berarti kan audiense nya sudah merambah ke publik juga.

Q : Selain audio-producering, ada rencana lain dalam dunia digital arts?
L : saya ingin punya web foto sendiri tahun ini, web yg berbayar. agar bs memanjakan karya2 sendiri utk dinikmati dan ditampilkan.

Q : Bagaimana menurutmu scene music local electronic di Kalimantan Barat?
L : Sekarang scene electronic local disini sedang bangkit dan berkembang. udah beberapa gigs musik elektronik yg dibuat, walaupun belum terlalu rame audiencenya. yg lain ya jalan residental di club2 sini, as a home DJ.

Q : Last, sebutkan 5 track musik (random) yang everlast buat kamu?
L : 10 aja ya Qor, because 5 is never enough hahaha
    
     Ordinary world - Duran Duran
     Block rockin beats - Chemical Brothers
     Parisienne walkway - Garry Moore
     Black hole sun - Soundgarden
     Daughter - Pearl Jam
     Not enough - Van Halen
     My way - Frank Sinatra
     Warik - Last few minutes
     Shove it - Deftones
     Anthem of our dying day - Story of the year

Levi Nawawi @_ElNoise  on the INTERNET :