Kotak Pencarian

Jumat, 06 September 2019

Tentang : 1 Tahun Menjadi Investor Saham

Menulis catatan akhir tahun adalah satu hal yang perlu gw lakuin untuk mengingat apa saja yang sudah dilakukan sepanjang tahun. Dalam ranah pribadi tahun ini usaha jualan kue bolu sudah berkembang dan sekarang berubah status menjadi kepala rumah tangga yang masih numpang di rumah orang tua. Namun bukan itu yang jadi fokus catatan tahun ini, melainkan kondisi keuangan dalam bidang investasi sepanjang tahun 2018 secara kecil-kecilan di bidang saham.

Begitu mendengar kata investasi, kebanyakan orang menganggap hal itu merupakan kata yang mewah, ribet, penuh resiko, atau yang paling sial bakal jadi calon korban penipuan. Hal ini ada benar dan salahnya, selain itu bentuk investasi ada berbagai macam yang biasanya selalu dihubungkan dengan urusan duit dengan perlu modal gede, padahal sejatinya investasi gak melulu berhubungan dengan harta dan benda, tetapi lebih bagaimana orang menggunakan waktu dan tenaganya agar lebih baik dan mendapatkan manfaat. Contohnya seperti mempunyai kondisi keuangan yang mapan, punya keahlian lebih dari orang kebanyakan dan juga punya tujuan arah yang jelas dalam hidup. Hal yang gw tulis ini udah banyak diucapkan para motivator atau juga banyak ditemukan didalam buku pengembangan diri, klise iya... tapi begitulah apa yang keluar dari dalam kepala gw ketika menulis catatan ini.

Kembali tentang saham, secara singkat membeli saham sama dengan membeli sebuah perusahaan dimana nanti uang yang kita beli dipakai untuk modal usaha, bayar utang, dan perluasan usaha dari saham yang dibeli. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, sebagai penanam saham (investor) bisa mengambil untung dengan mendapatkan dividen laba tiap tahun ataupun menjual sahamnya ketika harganya naik. Ada banyak berbagai bidang perusahaan yang bebas dibeli ketika sudah mendaftarkan diri menjadi investor di perusahaan makelar (broker) saham. Dalam satu tahun ini gw belajar banyak bagaimana tentang pasar bursa efek, ekonomi dan dinamika perkembangan harga pasar korporasi perusahaan Indonesia.

Waktu kecil, gw benci dan langsung pusing mendengar kata ekonomi di berita TV, gw mengira kalau ekonomi itu adalah sabun colek yang kayaknya begitu penting dibahas dengan tulisan warna hijau dan merah berseliweran Dilayar kaca. Akhir-akhir ini gw ketawa karena kepaksa nonton sinetron kesayangan bini dimana salah satu adegannya ada bos bos bicara jual saham karena perusahaan nya mau bangkrut, yang herannya perusahaan sang bos tidak dijelaskan berkutat di bidang apa, terus bagaimana sistem teknikal dan fundamental nya dalam indeks harga saham gabungan. Gw bisa bayangin emak emak dan kaum kelas menengah kebawah percaya bahwa saham itu mainannya orang kaya dan bos bos yang diperebutkan oleh mantan istri dan mertua yang serakah. 

Tapi ya sudahlah, yang gw bahas adalah tentang pengalaman gw dalam belajar jadi investor saham, bukan bos saham.