Kotak Pencarian

Senin, 08 Februari 2016

[Trip] Bukit Matang Kaladan; Pemandangan Pseudo Raja Ampat ala Kalimantan Selatan

Salah satu spot yang kali ini gw kunjungi adalah sebuah tempat pamer instagram ria bagi anak-anak my love is my adventure Banjarmasin yang ingin mengunjungi perbukitan terdekat dengan kota Banjarmasin. Yang gw maksud dekat adalah kita tidak perlu berjam-jam naik bus atau angkutan umum lainnya. Cukup pake kendaraan pribadi, dengan menempuh jarak 55km dari pusat kota Banjarmasin dan memakan waktu 2 jam-an, kita akan menemukan daerah perbukitan dengan pemandangan alam yang masih hijau dimana daerah tersebut disebut Riam Kanan yang dulu gw tau sebagai salah tempat pembangkit tenaga listrik empot-empotan yang ada di Kalimantan Selatan.

Sebenarnya gw udah pernah kedaerah ini kemaren, tetapi karena katanya disini ada hype tentang spot lain dimana ada sebuah bukit yang katanya lagi kita bisa melihat pemandangan kayak di Raja Ampat dari salah satu bukit yang ada. Well, karena kebetulan gw lagi kedatangan tamu CS member dari Jakarta dan Surabaya (Mas Hafid dan Roni namanya sama Elsa dari Bekasi) yang lagi menikmati libur panjang Imlek di Kalimantan Selatan. Gw pun ada tertarik buat main ketempat tersebut. Dengan nanya-nanya adik gw yang pernah kesana gimana cara kesana. Dengan gampang asalkan punya kendaraan pribadi atau ngerental mobil (200 rb-an) dan bensin 2 liter. Mudah kok mencapai spot ini. 

Bukti masih di Kalimantan Selatan, bukan Raja Ampat
Tiket masuk sebagai kenang-kenangan
Areal Parkir tersedia.




Daerah Matang Kaladan adalah satu desa yang ada di ujung Riam Kanan (so jangan khawati nyasar kalau udah sampe Riam Kanan), tempat ini udah sangat berkembang dan lumayan tourist friendly. Ada banyak pengunjung yang kemari. Entah itu mau camping, mancing, atau Cuma sekedar refreshing. Gw pribadi kurang tau apa saja spot yang menarik disekitar sana. Kata adik gw ada sebuah spot lagi bernama Bukit Batas, tapi katanya kita harus menyewa kelotok dimana budget dan budget teman-teman terbatas dan harus menginap. Akhirnya kami stick to the point untuk ke daerah Bukit Matang Kaladan yang masih murah meriah.


Sampai daerah sini, kita harus mesti membayar tiket masuk sekitar Rp. 3000 dan parkir sepeda motor sekitar Rp. 5000, setelah itu kita Tanya aja sama penduduk setempat dimana letak Bukit Matang Teladan. Yang menarik untuk mencapai tempat ini kita akan mendaki bukit yang akan menguras keringat dan air mata bagi orang yang udah dandan rapi-rapi karena hampir 20 menitan mendaki (atau bisa dibilang menaiki) tanjakan curam membuat penampilan jadi awut-awutan. So, siapkan sepatu dan juga jangan anggap kesini mau ke mall.



Area Pendakian agak curam.

Sok sokan naikin bukit pake tali

Ketika gw sampai diatas puncak, gw pun menikmati pemandangan yang sama oleh ratusan pengunjung yang pernah kesini dan mengabadikan kenarsisannya melalui kanal Instagram dengan runtutan caption masing-masing. Selain itu gw juga ngeliat abege abege yang moto kertas yang dtulisin “kapan kamu kesini” dan semacamnya tergeletak ditanah dengan sampah-sampah berserakan. Disisi lain teman teman gw pada istirahat sambil ngobrol ngobrol, gw sendiri coba foto-foto pemandangan sekitar dan bikin vlog yang gw rekam buat Youtube sambil diisi komenan gw pake Bahasa Linggis mumbling gak jelas. Dan juga tak lupa welfie, selfie dan ritual generasi smartphone lainnya.







Hafid, Elsa, Rony  dan Gw sebelum kehujanan

Lumayan lah pemandangannya..

Jalur tambahan di puncak, karena udah sore gak kesana.



Saran gw buat kamu yang pengen kesini jangan kepagian, dan juga jangan kesorean. Jam 1 siang adalah waktu yang tepat buat kesini menikmati pemandangan sore karena suasanya selain teduh juga lumayan angin sepoy-sepoy. Satu lagi jangan lupa jika ingin berangkat kesini check dulu ramalan cuaca. Karena pas gw kesini dan mau balik turun pulang, ujan lebat turun so bagi gw dan teman CS yang ikut kehujanan pas turun di bukit yang curam itu menjadi pengalaman yang susah di lupakan. Haha.

le my trip my selfieture


Bonus : Video Gw Mumbling gak jelas pake Bahasa Linggis.